NAMA : Abdul Malik (1B114330)
Adhitya Ramadhan (1B114331)
Getri Novella (1B114255)
KELAS : 5KA52
I. Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan
A.
Masyarakat Perkotaan, Aspek-Aspek Positif Dan Negatif
1.
Pengertian Masyarakat
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok
orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana
sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut.
2. Syarat-Syarat Menjadi Masyarakat
- Sejumlah
manusia yang hidup bersama dalam waktu yang relatif lama
- Merupakan
satu kesatuan
-Merupakan
suatu sistem hidup bersama, yaitu hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan
dimana setiap anggota masyarakat merasa dirinya masing-masing terikat dengan
kelompoknya.
3. Pengertian Masyarakat Perkotaan
Seperti halnya desa, kota juga mempunyai
pengertian yang bermacam-macam seperti pendapat beberapa ahli berikut ini :
Wirth Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan
permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
Max Weber Kota menurutnya, apabila penghuni setempatnya dapat
memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal.
Dwigth Sanderson Kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang
atau lebih.
Dari beberapa pendapat secara umum dapat
dikatakan mempunyani ciri-ciri mendasar yang sama. Pengertian kota dapat
dikenakan pada daerah atau lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam
struktur pemerintahan. Menurut konsep Sosiologik sebagian Jakarta dapat
disebut Kota, karena memang gaya hidupnya yang cenderung bersifat
individualistik. Marilah sekarang kita meminjam lagi teori Talcott Parsons
mengenai tipe masyarakat kota yang diantaranya mempunyai ciri-ciri :
a)
Netral Afektif
Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih mementingkat Rasionalitas
dan sifat rasional ini erat hubungannya dengan konsep Gesellschaft atau
Association. Mereka tidak mau mencampuradukan hal-hal yang bersifat emosional
atau yang menyangkut perasaan pada umumnya dengan hal-hal yang bersifat
rasional, itulah sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya.
b)
Orientasi Diri
Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan dirinya
sendiri, pada umumnya dikota tetangga itu bukan orang yang mempunyai hubungan
kekeluargaan dengan kita oleh karena itu setiap orang dikota terbiasa hidup
tanpa menggantungkan diri pada orang lain, mereka cenderung untuk
individualistik.
c)
Universalisme
Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum, oleh karena itu
pemikiran rasional merupakan dasar yang sangat penting untuk Universalisme.
d)
Prestasi
Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu
diterima berdasarkan kepandaian atau keahlian yang dimilikinya.
e)
Heterogenitas
Masyarakat kota lebih memperlihatkan sifat Heterogen, artinya terdiri
dari lebih banyak komponen dalam susunan penduduknya.
4. Tipe Masyarakat
Dipandang dari cara terbentuknya, masyarakat dapat
dibagi dalam :
Masyarakat paksaan, misalnya negara, masyarakat tawanan,
dan lain-lain masyarakat merdeka, yang terbagi dalam masyarakat nature yaitu
masyarakat yang terjadi dengan sendirinya, seperti gerombolan, suku, yang
bertalian dengan hubungan darah atau keturunan. Masyarakat kultur yaitu
masyarakat yang terjadi karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan, misalnya
koperasi, kongsi perekonomian, gereja dan sabagainya.
5.
Ciri
Masyarakat Perkotaan
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat
perkotaan, yaitu :
·
Kehidupan
keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan karena memang
kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja.
·
Orang
kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus berdantung pada
orang lain (Individualisme).
·
Pembagian
kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang
nyata.
·
Kemungkinan-kemungkinan
untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota.
·
Jalan
kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi
warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, intuk dapat
mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
·
Perubahan-perubahan
tampak nyata dikota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima
pengaruh-pengaruh dari luar.
6. Perbedaan Antara Desa Dan Kota
7.
Hubungan
Desa Dan Kota
Salah satu bentuk hubungan antara
kota dan desa adalah :
a)
Urbanisasi
dan Urbanisme
Dengan adanya hubungan Masyarakat Desa dan Kota yang
saling ketergantungan dan saling membutuhkan tersebut maka timbulah masalah
baru yakni; Urbanisasi yaitu suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke
kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya
masyarakat perkotaan. (soekanto,1969:123 ).
b)
Sebab-sebab
Urbanisasi
-
Faktor-faktor
yang mendorong penduduk desa untuk meninggalkan daerah kediamannya (Push
factors)
-
Faktor-faktor
yang ada dikota yang menarik penduduk desa untuk pindah dan menetap dikota
(pull factors)
Hal-hal yang termasuk push factor antara lain bertambahnya
penduduk sehingga tidak seimbang dengan persediaan lahan pertanian, Terdesaknya
kerajinan rumah di desa oleh produk industri modern, Penduduk desa, terutama
kaum muda, merasa tertekan oleh oleh adat istiadat yang ketat sehingga
mengakibatkan suatu cara hidup yang monoton, Didesa tidak banyak kesempatan
untuk menambah ilmu pengetahuan, Kegagalan panen yang disebabkan oleh berbagai
hal, seperti banjir, serangan hama, kemarau panjang, dsb. Sehingga memaksa
penduduk desa untuk mencari penghidupan lain dikota. Hal – hal yang termasuk
pull factor antara lain :
a.
Penduduk
desa kebanyakan beranggapan bahwa dikota banyak pekerjaan dan lebih mudah untuk
mendapatkan penghasilan.
b.
Dikota
lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan rumah menjadi
industri kerajinan.
c.
Pendidikan
terutama pendidikan lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih mudah didapat.
d.
Kota
dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan tempat
pergaulan dengan segala macam kultur manusianya.
e.
Kota
memberi kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol sosial yang ketat atau
untuk mengangkat diri dari posisi sosial yang rendah ( Soekanti, 1969 : 124-125
).
8.
Aspek Positif dan Negatif
Masyarakat Perkotaan
Berikut aspek
positif dari perkotaan:
a. Perkotaan dapat memberikan
pekerjaan bagi tenaga kerja kasar dari desa yg bekerja diproyek pembangunan
gedung dikota.
b. Perkotaan dapat memenuhi
kebutuhan penduduk dengan fasilitas seperti wahana rekreasi, mall, dan hiburan
lainnya.
c. Tersedianya pembangkit tenaga
listrik buat penerangn dan kebutuhan lainya.
d. Fasilitas pendidikan dan
perguruan tinggi yang bagus-bagus dan sudah terakreditasi.
e. Tersedia lapangan kerja.
f. Perkotaan juga devisa buat
negara.
Aspek negatif dari perkotaan:
a. Terjadinya transmigrasi
besar-besaran oleh orang desa ke kota yg menyebabkan kepadatan penduduk.
b. Sehingga adanya pembangunan
liar rumah-rumah dan pengangguran karena sedikitnya orang desar yg diterima
bekerja.
c. Tingkat kriminalitas tinggi
karena banyaknya pengangguran dan mereka terpaksa untuk melakukan kejahatan
untuk memenuhi kebutuhan.
d. Pembangunan dipedesaan menjadi
terlambat karena orang-orang desa pada kekota untuk mencari pekerjaan.
9. 5 Unsur Lingkungan Perkotaan
Perkembangan
kota merupakan manifestasi dari pola-pola kehidupan sosial, ekonomi, kebudayaan
dan politik. Kesemuanya akan tercermin dalam komponen-komponen yang membentuk
stuktur kota tersebut. Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan
perkotaan setidaknya mengandung 5 unsur yang meliputi :
1.
Wisma
: unsur ini merupakan bagian ruang kota yang dipergunakan untuk tempat
berlindung terhadap alam sekelilingnya, serta untuk melangsungkan
kegiatan-kegiatan sosial dalam keluarga. Unsur wisma ini menghadapkan dapat
mengembangkan daerah perumahan penduduk yang sesuai dengan pertambahan
kebutuhan penduduk untuk masa mendatang. Memperbaiki keadaan lingkungan
perumahan yang telah ada agar dapat mencapai standar mutu kehidpan yang layak,
dan memberikan nilai-nilai lingkungan yang aman dan menyenangkan.
2.
Karya
: unsur ini merupakan syarat yang utama bagi eksistensi suatu kota, karena
unsur ini merupakan jaminan bagi kehidupan bermasyarakat.
3.
Marga
: unsur ini merupakan ruang perkotaan yang berfungsi untuk menyelenggarakan
hubungan antara suatu tempat dengan tempat lainnya didalam kota, serta hubungan
antara kota itu dengan kota lain atau daerah lainnya.
4.
Suka
: unsur ini merupakan bagian dari ruang perkotaan untuk memenuhi kebutuhan
penduduk akan fasilitas hiburan, rekreasi, pertamanan, kebudayaan dan kesenian.
5.
Penyempurna
: unsur ini merupakan bagian yang penting bagi suatu kota, tetapi belum secara
tepat tercakup ke dalam keempat unsur termasuk fasilitas pendidikan dan
kesehatan, fasiltias keagamaan, perkuburan kota dan jaringan utilitas kota.
10. Fungsi External Kota
·
Pusat
kegiatan politik dan administrasi pemerintahan wilayah tertentu
·
Pusat
dan orientasi kehidupan social budaya suatu wilayah lebih luas
·
Pusat
dan wadah kegiatan ekonomi ekspor :
- Produksi
barang dan jasa
- Terminal
dan distribusi barang dan jasa.
·
Simpul
komunikasi regional/global
·
Satuan
fisik-infrastruktural yang terkail dengan arus regional/global.
B. Masyarakat Pedesaan
1. Pengertian Desa
Desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografis, sosial,
ekonomi, politik dan kultural yang terdapat di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya
secara timbal balik dengan daerah lain. Pola keruangan desa bersifat agraris
yang sebagian atau seluruhnya terisolasi dari kota. Tempat kediaman penduduk mencerminkan
tingkat penyesuaian penduduk terhadap lingkungan alam, seperti iklim, tanah,
topografi, tata air, sumber alam, dan lain-lain. Tingkat penyesuaian penduduk desa
terhadap lingkungan alam bergantung faktor ekonomi, sosial, pendidikan dan kebudayaan.
2. Ciri-Ciri Desa
Ciri-ciri masyarakat desa antara
lain sebagai berikut :
- Sistem kehidupan umumnya
bersifat kelompok dengan dasar kekeluargaan (paguyuban).
- Masyarakat bersifat homogen
seperti dalam hal mata pencaharian, agama dan adat istiadat.
- Diantara warga desa mempunyai
hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat lain
di luar batas wilayahnya.
- Mata pencaharian utama para
penduduk biasanya bertani.
- Faktor geografis sangat berpengaruh
terhadap corak kehidupan masyarakat.
- Jarak antara tempat bekerja tidak
terlalu jauh dari tempat tinggal.
3. Ciri-Ciri Masyarakat Pedesaan
a)
Di dalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan
yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya
di luar batas-batas wilayahnya.
b)
Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan.
c)
Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian.
Pekerjaan-pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan (part
time) yang biasanya sebagai pengisi waktu luang.
d)
Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencaharian,
agama, adat istiadat dan sebagainya.
4. Masyarakat pedesaan identik dengan istilah
‘gotong-royong’ yang merupakan kerjasama untuk mencapai kepentingan-kepentingan
mereka. Kerja bakti itu ada dua macam :
·
Kerjasama untuk pekerjaan-pekerjaan yang timbulnya
dari inisiatif warga masyarakat itu sendiri (biasanya di istilahkan dari bawah).
·
Kerjasama untuk pekerjaan-pekerjaan yang timbulnya
tidak dari inisiatif warga itu sendiri berasal dari luar (biasanya berasal dari
atas).
5. Sifat dan Hakikat Masyarakat Pedesaan
Menurut Ferdinand Tonies :
“Masyarakat pedesaan adalah masyarakat geme in schraft (paguyuban), dan paguyubanlah
yang menyebabkan orang-orang kota menilai sebagai masyarakat itu tenang harmonis,
rukun dan damai dengan julukan masyarakat yang adem-ayem”. Tetapi sebenarnya di
dalam masyarakat pedesaan kita ini mengenal bermacam-macam gejala, diantaranya sebagai
berikut :
a)
Konflik (pertengkaran)
b)
Kontroversi (pertentangan)
c)
Kompetisi (persiapan)
d)
Kegiatan pada Masyarakat Pedesaan
6. Unsur-Unsur Desa
a)
Daerah
b)
Penduduk
c)
Corak kehidupan
d)
Unsur gotong royong
7. Fungsi Desa
a)
Fungsi desa dalam hubungannya dengan kota
b)
Sebagai lumbung bahan mentah atau tenaga kerja
c)
Dan segi kegiatan, kerja desa dapat merupakan desa agraris, desa
manufaktur, desa industri, desa nelayan.
C. Perbedaan Masyarakat Perkotaan
Dan Masyarakat Pedesaan
Masyarakat Perkotaan
ü Jumlah dan kepadatan penduduk
ü Stratifikasi sosial
ü Pola interaksi sosial
ü Lingkungan hidup
ü Corak kehidupan sosial
Masyarakat Pedesaan
ü Solidaritas sosial
ü Mata pencaharian
ü Mobilitas sosial
II.
Pertentangan Sosial & Integrasi Masyarakat
Pertentangan sosial
di dalam masyarakat merupakan salah satu konflik yang biasanya timbul dari
berbagai faktor-faktor sosial yang ada di dalam masyarakat itu sendiri.
Pertentangan sosial ataupun konflik adalah salah satu konsekuensi dari adanya
perbedaan-perbedaan dan tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku
di dalam masyarakat misalnya peluang hidup, gengsi, hak istimewa, dan gaya
hidup. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang menyebabkan pertentangan sosial
:
A. Perbedaan
Kepentingan, Prasangka Diskriminasi Dan Ethosentris
Kepentingan merupakan
dasar dari timbulnya tingkah laku individu dan sifatnya esensial bagi
kelangsungan hidup individu itu sendiri. Sehingga kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh individu di dalam manifestasi pemenuhan dari kepentingan
tersebut. Secara psikologis ada 2 jenis kepentingan dalan diri individu yaitu
kepentingan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial/psikologis.
Individu satu berbeda dengan individu yang lainya.
Berikut ini merupakan faktor perbedaan tersebut :
a. Faktor Bawaan
b. Faktor Lingkungan Sosial
Kedua faktor diatas merupakan suatu contoh faktor yang
dapat menimbulkan suatu perbedaan. Perbedaan disini dibedakan atas faktor
bawaan yaitu suatu faktor yang memang timbul berdasarkan faktor perasaan
ataupun bawaan seorang individu dalam menyelesaikan masalahnya. Faktor yang
lainnya adalah faktor lingkungan sosial yang merupakan suatu faktor yang
terjadi sangat dekat dengan lingkungan sekitar kita. Sebagaimana kita tahu,
lingkungan merupakan suatu tempat pendidikan yang paling dekat dengan diri
setiap individu yang dapat menentukan baik tidaknya seorang individu di dalam
lingkungan sosialnya.
Prasangka merupakan
dasar pribadi seseorang yang setiap orang memilikinya, sejak masih kecil unsur
sikap bermusuhan sudah nampak. Prasangka selalu ada pada mereka yang
berpikirnya sederhana dan masyarakat yang tergolong cendekiawan, sarjana, dan
pemimpin atau negarawan. Prasangka dan diskriminasi ini merupakan tindakan yang
dapat merugikan pertumbuhan, perkembangan dan bahkan integrasi masyarakat.
Dalam kaitan dengan dasar kebutuhan pribadi, prasangka menunjukkan pada aspek
sikap. Sedangkan untuk diskriminasi menunjukkan pada aspek-aspek tindakan.
Menurut Gordon Allproc (1958) ada 5 pendekatan dalam
menentukan sebab terjadinya prasangka:
1. Pendekatan Historis
Didasarkan atas teori Pertentangan Kelas yaitu
menyalahkan kelas rendah yang imperior, dimana mereka yang tergolong dalam
kelas atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah.
2. Pendekatan Sosio Kultural dan Situasional
Meliputi mobilitas sosial, konflik antar kelompok,
stigma perkantoran dan sosialisasi.
3. Pendekatan Kepribadian
Teori ini menekankan kepada faktor kepriadian sebagai
penyebab prasangka (Teori Frustasi Agresi).
4. Pendekatan Fenomenologis
Ditekankan bagaimana individu memandang/mempersepsikan
lingkungannya, sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka.
5. Pendekatan Naive
Menyatakan bahwa prasangka lebih menyoroti objek
prasangka dan tidak menyoroti individu yang berprasangka.
Ethosentrisme
merupakan sikap untuk menilai unsur-unsur kebudayaan orang lain dengan
menggunakan ukuran-ukuran kebudayaan sendiri. Dan diajarkan kepada anggota
kelompok secara sadar atau tidak, bersama-sama dengan nilai kebudayaan. Stereotype
merupakan suatu tanggapan dan anggapan yang bersifat jelek dan tantangan
mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang/golongan lain yang bercorak
negatif sebagai akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya subjektif.
B.
Pertentangan Sosial Ketegangan Dalam Masyarakat
Konflik
(Pertentangan) cenderung menimbulkan respon-respon yang bernada ketakutan atau
kebencian. Konflik dapat memberikan akibat yang merusak terhadap diri
seseorang, anggota kelompok. Konflik dapat mengakibatkan kekuatan yang
konstruktif dalam hubungan kelompok.
Ada 3 elemen dasar yang merupakan ciri-ciri dari
situasi konflik :
1. Terdapat 2 atau lebih unit-unit atau bagian-bagian
yang terlibat konflik.
2. Unit tersebut mempunyai perbedaan yang tajam
(kebutuhan, tujuan, masalah, nilai, sikap dan gagasan).
3. Terdapat interaksi diantara bagian-bagian yang
mempunyai perbedaan tersebut.Terjadinya konflik bisa pada didalam diri
seseorang, didalam kelompok dan didalam masyarakat.
Cara-cara pemecahan konflik :
1. Elimination
Yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat
di dalam konflik, diungkapkan dengan “kami mengalah”, “kami keluar”, “kami
membentuk kelompok sendiri”.
2. Subjugation/Domination
Yaitu orang/pihak yang mempunyai kekuatan terbesar
dapat memaksa orang/pihak lain untuk mentaatinya.
3. Majority Rule
Yaitu suara terbanyak yang ditentukan dengan voting,
akan menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4. Minority Consent
Yaitu kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok
minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakat untuk
melakukan kegiatan bersama.
5. Compromise
Yaitu semua sub kelompok yang terlibat di dalam
konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah.
6. Integration
Yaitu pendapat-pendapat yang bertentangan
didiskusikan, dipertimbangkan dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai
suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak.
C.
Golongan-Golongan Yang Berbeda Dan Integrasi Sosial
Integrasi berasal
dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan.
integrasi masyarakat dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur
yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola
kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi. Definisi lain mengenai
integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan
bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih
tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Suatu integrasi sosial di
perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan,
baik merupakan tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial
budaya.
Bentuk Integrasi Sosial :
·
Asimilasi
yaitu pembauran kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan
asli.
·
Alkulturasi
yaitu penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa menghilangkan kebudayaan
asli.
Faktor-faktor terjadinya masalah sosial :
1.
Faktor
Internal : Faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri, karena
biasanya timbul dari suatu perasaan yang dialami oleh seorang individu itu
sendiri.
-
Kesadaran
diri sebagai makhluk sosial
-
Tuntutan
kebutuhan
-
Jiwa
dan semangat gotong royong
2.
Faktor
External : Faktor yang berasal dari luar diri individu itu sendiri, karena
biasanya timbul dari suatu masalah yang dialami oleh seorang individu itu
sendiri di dalam lingkungan sosialnya.
-
Tuntutan
perkembangan zaman
-
Persamaan
kebudayaan
-
Terbukanya
kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama
-
Persaman
visi, misi, dan tujuan
-
Sikap
toleransi
-
Adanya
kosensus nilai
-
Adanya
tantangan dari luar
Syarat Berhasilnya Integrasi Sosial :
1.
Untuk
meningkatkan Integrasi Sosial, maka pada diri masing-masing harus mengendalikan
perbedaan/konflik yang ada pada suatu kekuatan bangsa dan bukan sebaliknya.
2.
Tiap
warga masyarakat merasa saling dapat mengisi kebutuhan antara satu dengan yang
lainnya.
D. Integrasi
Sosial
Integrasi berasal
dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan.
integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang
saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan
masyarakat yang memilki keserasian fungsi. Definisi lain mengenai integrasi
adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap
komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap
mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi memiliki 2
pengertian, yaitu :
1.
Pengendalian
terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu.
2.
Membuat
suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
Sedangkan yang disebut integrasi sosial adalah jika
yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah
unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan. Suatu integrasi sosial di perlukan agar
masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa
tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya. Menurut
pandangan para penganut funsionalisma struktur sistem sosial senantiasa
terintegrasi di atas dua landasan berikut :
1.
Suatu
masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya consensus (kesepakatan) di
antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan
yang bersifat fundamental (mendasar).
2.
Masyarakat
terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari
berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang
terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera
dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota
masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial.
Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat
terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di antara
berbagai kelompok. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar
masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai,
norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
Referensi :